Jumat, 03 Mei 2013

Beranda » Kampung Batik Pinggir Kali Laweyan

Kampung Batik Pinggir Kali Laweyan

Sabtu, 04 Mei 2013 | 03:46 WIB

TEMPO.CO, Surakarta--Kampung batik Laweyan tidak hanya didominasi pelaku usaha menengah dan besar yang sudah menekuni bisnis batik sejak puluhan atau ratusan tahun lalu. Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Febela Priyatmono mengatakan dari 93 pelaku usaha di kawasan Laweyan, lebih dari 50 persen adalah pelaku usaha kecil. "Pekerjanya kurang dari 7 orang," ujarnya kepada Tempo, Jumat, 3 Mei 2013 usai menerima bantuan dana bergulir dari Astra Otoparts.

Dari sekian banyak pelaku usaha kecil batik tersebut, ada yang mengembangkan batik girli alias batik pinggir kali. Yaitu industri kecil batik yang terletak di pinggir kali Ngingas yang membelah Laweyan. Alpha mengatakan selama ini masyarakat hanya mengenal industri gedongan di Laweyan. "Padahal yang kecil-kecil banyak. Termasuk yang di pinggir kali," katanya.

Mulai tahun ini dia mengembangkan batik pinggir kali. Sudah ada 10 pelaku usaha yang menekuni usaha batik di pinggir kali Ngingas. Soal limbah tak perlu khawatir karena seluruhnya memakai bahan pewarna alam sehingga ramah lingkungan.

"Kualitas batiknya tidak kalah dengan batik buatan industri besar," ujarnya. Selain itu ada potensi wisata, yaitu mengajak masyarakat mengunjungi sentra industri di pinggir kali. "Sensasinya berbeda antara wisata di rumah besar milik industri batik skala besar dengan rumah di pinggir kali," ucapnya.

Sebagai salah satu upaya pengembangan batik pinggir kali, ada pelaku usaha batik pinggir kali yang mendapat kucuran dana hibah. Forum memperoleh hibah Rp 50 juta dari Astra Otoparts. Hibah tersebut dipakai untuk menambah permodalan 5 pelaku usaha kecil di kampung batik Laweyan.

"Ada 5 UKM yang mewakili 5 komunitas, yaitu kelompok pembatik girli, pewarna sintetis, pewarna alam, showroom, dan penjahit atau konveksi," katanya. Tiap UKM mendapat Rp 10 juta dan harus dikembalikan dalam setahun. "Tidak ada bunga dan tanpa agunan."

Pemilihan penerima dana hibah menilik pada potensi berkembang, kekurangan modal, dan tidak memiliki pinjaman dalam jumlah besar ke pihak lain seperti perbankan.

Kepada wartawan sebelum penyerahan dana hibah, Direktur Astra Otoparts Robby Sani mengatakan pemberian dana hibah sudah dilakukan selama 8 tahun terakhir. "Tapi selama ini baru diberikan ke UKM di Jakarta. Baru kali ini di luar Jakarta dan kami memilih batik Laweyan," katanya.

General Service and Social Responsibility Head Astra Otoparts Rahardjo Hardianto mengatakan pemilihan Laweyan karena sekaligus ingin mengangkat bisnis yang berbasis budaya. Dia berharap bisnis batik di Laweyan terus berkembang.

Selain pemberian hibah, dia menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan. Pelaku usaha yang sudah berhasil akan membagi pengalaman suksesnya ke pelaku usaha yang belum berhasil. "Kami juga mengadakan pelatihan manajemen," ujarnya. Saat ini Astra Otoparts memiliki 53 UKM binaan.

UKKY PRIMARTANTYO

Topik terhangat:
Susno Duadji
| Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional


http://www.tempointeraktif.com/hg/travel_berita/2013/05/04/brk,20130504-477844,id.html