Jumat, 14 Januari 2011

Beranda » Diet Sehat dengan Cegah Serangan Asma

Diet Sehat dengan Cegah Serangan Asma

Program diet sehat ternyata tak hanya bermanfaat untuk mengontrol berat badan. Penelitian terbaru di Inggris menyebutkan, membatasi asupan makanan dapat melindungi wanita dari asma dan jenis alergi yang lain.

Pola makan tidak sehat telah lama diketahui berpengaruh buruk terhadap kesehatan seseorang. Karena itu, banyak masyarakat kini yang mulai kembali mengubah pola makan dengan melakukan program diet alami. Selain bisa menurunkan berat badan berlebih, kegiatan diet sehat ternyata dapat mengurangi risiko penyakit.


Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, apa yang Anda makan ternyata dapat memengaruhi risiko berkembangnya alergi atau serangan asma dan mungkin terjadi juga pada anak Anda. Peneliti menemukan bahwa kandungan zinc, vitamin A, D, dan E, serta buah-buahan dan sayuran, tampaknya memiliki peran untuk melindungi diri dari serangan asma.

Namun, mereka menekankan bahwa data tersebut masih terlalu dini untuk ditarik sebagai sebuah kesimpulan penelitian. “Memang masih terlalu awal untuk menegaskan soal hubungan itu,” kata Dr Graham Devereux dari Universitas Aberdeen di Inggris yang bekerja pada studi ini seperti dikutip laman Reuters Health.

Akibatnya, seorang wanita hamil dan orangtua sebenarnya tidak harus mengubah program diet mereka hanya semata-mata untuk melindungi anak-anak mereka dari paparan alergi. “Saat ini tidak ada bukti bahwa mengubah diet ada pengaruhnya,” kata Devereux. Lebih dari 7 persen orang dewasa di Amerika Serikat dan bahkan anak-anak menderita asma serta penyakit paru-paru lainnya.

Total jumlah penderitanya sendiri telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir untuk alasan yang sampai sekarang belum diketahui. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention, penyakit yang menyerang paru-paru tersebut menyebabkan lebih dari 13 juta kunjungan tahunan ke unit gawat darurat (UGD) dan klinik dokter.

Devereux dan rekan-rekannya melakukan review terhadap 62 studi terbaru yang menghubungkan program diet dan risiko terhadap serangan alergi dan asma. Semua studi ini didasarkan pada catatan diet seorang wanita dan pengamatan lainnya, desain yang lebih lemah dari percobaan klinis di mana seseorang diberikan suplemen atau makanan untuk dikonsumsi.

Dari 22 studi yang melihat asupan buah dan sayuran seorang wanita, 17 studi menghubungkan diet yang sehat dapat menurunkan risiko asma dan alergi. Sementara 2 laporan menyebutkan bahwa anak-anak dengan tingkat kandungan vitamin A yang lebih tinggi dalam tubuh mereka memiliki risiko 75 persen lebih rendah untuk terkena asma.

Sementara wanita hamil yang mengonsumsi banyak vitamin D yang banyak ditemukan dalam lemak ikan dan vitamin E yang ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian, sekitar 30 persen hingga 40 persen lebih rendah untuk memiliki anak yang suaranya seperti mendesah, sering merupakan tanda serangan asma.

Seorang wanita yang menjalankan diet mediterania, yaitu banyak mengonsumsi sayuran, ikan, dan lemak tak jenuh tunggal dari minyak zaitun dan kacangkacangan tetapi rendah lemak jenuh dari daging dan susu selama kehamilan, juga dapat terkait dengan penurunan hampir 80 persen risiko bayinya mengalami susah bernapas atau mengi.

Meski begitu, penelitian tersebut tidak menemukan manfaat nyata dari konsumsi vitamin C atau selenium. “Saya yakin bahwa kebanyakan orang akan setuju bahwa wanita hamil dan anak-anak, dengan atau tanpa penyakit asma, harus makan diet yang sehat,”

Dia menambahkan, temuan dari studi ini “tidak cukup untuk menunjukkan bahwa setiap perubahan tertentu dalam makanan akan memengaruhi risiko serangan alergi atau asma, baik meningkatkan maupun menurunkan”. Temuan ini dipublikasikan dalam edisi terbaru Journal of Allergy and Clinical Immunology.

Apa yang dibutuhkan sekarang, ujar Lange, adalah studi intervensi, di mana peneliti mengontrol asupan seseorang nutrisi tertentu dan memperhatikan efeknya. “Diet dan unsur-unsur makanan tertentu seperti nutrisi, kandungan dalam makanan dan lainnya, bisa sulit untuk dianalisa karena ada banyak faktor penghambat sehingga sulit untuk menyimpulkan secara meyakinkan tanpa hasil dari studi intervensi,” tandasnya.

Pada akhirnya, Lange menyatakan, penelitian ini mungkin akan menunjukkan bahwa program diet memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap risiko serangan asma. Mungkin juga memengaruhi perkembangan organ paru-paru atau sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan, atau membatasi generasi radikal bebas.

Penyakit asma sendiri merupakan suatu keadaan di mana saluran napas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Penyakit paru-paru kronis ini disebabkan peradangan saluran udara dan berakibat pada keterbatasan dalam merespons rangsangan tertentu.

Hal ini dicirikan dengan beragam gejala, termasuk bengek atau mengi, batuk, dan penyempitan saluran udara yang mengakibatkan kekurangan dalam bernapas. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA), lebih dari 300 juta orang di dunia menderita asma. Kelazimannya bervariasi dari 0 sampai 30 persen pada sejumlah populasi berbeda. Kelaziman pada asma meningkat kurang lebih 50 persen setiap dekade. Adapun kematian di seluruh dunia karena asma mencapai lebih dari 180.000 orang per tahun.

www.orde-baru.blogspot.com