Sabtu, 22 Januari 2011

Beranda » Salahkan Orangtua Jika Kemarahan Sang Kekasih Tak Kunjung Reda

Salahkan Orangtua Jika Kemarahan Sang Kekasih Tak Kunjung Reda

Saat kekasih membuat Anda berargumen selama berjam-jam, jangan salahkan pasangan. Namun, sebaiknya Anda menyalahkan orangtua. Lho kok bisa?

Hubungan baik Anda sebagai anak terhadap orangtua semakin baik jika Anda dapat lebih sering berargumen sebagai orang dewasa. Demikian yang klaim terbaru dari para ilmuwan.

Para ilmuwan dari University of Minnesota di Amerika Serikat memantau sekelompok bayi yang lahir di pertengahan 1970-an sampai mereka mencapai dewasa.

Para ilmuwan tersebut menemukan, bahwa mereka yang memiliki hubungan baik dengan orangtua atau wali lebih terhindar dari konflik selama 20 tahun kemudian. Demikian yang dinukil dari Daily Mail, Selasa (22/2/2011).

Para peneliti menyimpulkan, bahwa jika orangtua atau wali membantu mengatur emosi negatif pada anak, mereka akan tumbuh dengan lebih mampu mengatur emosi negatif setelah perselisihan atau adu argumen.

Bahkan, untuk mereka yang memiliki pendidikan yang tidak tinggi bisa mengambil kondisi ini dari pasangan yang secara emosional kuat. Begitu seperti diklaim para ilmuwan.

Salah satu peneliti Jessica Salvatore berkata, "Kami menemukan bahwa orang-orang yang tidak aman saat masa kanak-kanak tetapi besar dan dewasa dengan memiliki pasangan romantis dapat pulih dari konflik, dan cenderung untuk tetap bersama (menjalin hubungan)."

"Jika satu orang dapat mengakibatkan proses pemulihan dari konflik, mungkin orang lain akan menahannya dan membuat hubungan terus berlanjut,"

Yang paling menarik, tambahnya, adalah bukti bahwa pasangan romantis mungkin memainkan peran dalam mengurangi dampak dari pengalaman negatif dalam awal kehidupan.

Selama studi, para peneliti mengamati peserta dengan orangtua mereka yang lahir di tahun 1970, ketika mereka berusia antara 12 dan 18 bulan. Begitu mereka mencapai usia 20 tahun, mereka ditanya bagaimana cara menangani konflik dalam hubungan dan pasangan seperti apa yang mereka inginkan. Demikian laporan dalam jurnal Psychological Science.

Para peneliti mencatat bahwa beberapa pasangan telah memiliki konflik secara intens, tapi membuat transisi untuk berbicara tentang sesuatu yang mereka sepakati. Sementara pasangan lain, salah satu atau kedua pasangan terjebak pada perselisihan dan tidak dapat bergerak melewatinya.

Namun, menurut penelitian lain, mungkin lebih mudah untuk membiarkan yang sudah lewat jika Anda seorang wanita.

Meskipun mungkin setiap suami pernah lupa tanggal ulang tahun pasangannya, wanita lebih pemaaf daripada pria karena mereka lebih mampu berempati dengan orang lain. Begitu menurut penelitian dari Universitas Negeri Basque di Spanyol.

www.orde-baru.blogspot.com