Senin, 24 Januari 2011

Beranda » Mittelschmerz Sebabkan Rasa Tak Nyaman Saat Menstruasi

Mittelschmerz Sebabkan Rasa Tak Nyaman Saat Menstruasi

Menstruasi adalah proses alamiah. Dalam proses ini muncul gejala klinis yang sering membuat beberapa perempuan merasa tak nyaman. Gejala klinis itu adalah mittelschmerz.

Mittelschmerz (baca: miselmers) (Jerman) atau middle pain (Inggris) merupakan rasa nyeri yang muncul pada saat menstruasi atau pada pertengahan siklus menstruasi. Namun, kata dr Cepi Teguh Pramayadi SpOg, mittelschmerz bukanlah sebuah penyakit atau sindroma, melainkan hanya sebuah gejala klinis. Gejala ini baru diketahui setelah pasien mendatangi dokter kandungan.

“Biasanya pasien datang ke dokter dan mengeluh nyeri bagian perut,”

Gejala ini sebenarnya adalah gejala yang wajar. Hanya saja beberapa wanita merasa kurang nyaman.

“Yang dimaksud dengan nyeri pada saat ovulasi itu masih dianggap wajar. Itu proses yang normal sebenarnya. Justru ini bagus karena memang ini menunjukkan sedang subur. Kalau ingin mendapatkan anak, bisa berhubungan saat itu. Tapi kembali lagi kepada wanitanya. Apakah mereka akan merasa terganggu kualitas hidupnya atau tidak? Pada beberapa wanita itu menyebabkan rasa tidak nyaman sekali,” .

Bagaimana rasa nyeri ini bisa muncul? Hingga saat ini munculnya rasa nyeri ini masih diteliti. Ada dua teori yang digunakan. Pertama, rasa nyeri muncul karena sindrom yang muncul pada saat folikel-folikel akan melepaskan sel telur.

“Pertama pada saat sel telur mau pecah, akan menyebabkan folikel siap-siap melepaskan sel telur. Nah, pada saat folikel siap-siap mau pecah itu menyebabkan ada hormon yang keluar. Dan perubahan hormon tersebut yang kemudian menimbulkan rasa nyeri,”

Kedua, pada saat sel telur pecah, pecahan-pecahannya menempel pada dinding rahim. Dan inilah yang menyebabkan rasa nyeri itu muncul.

“Pecahan darah atau cairan yang keluar bersamaan dengan sel telur akan menempel ke dinding dalam perut. Dan itu yang menimbulkan rasa nyeri,”

Jika dilihat dari teori kedua ini, rasa nyeri itu berhubungan dengan sensitivitas dinding rahim. Itu berarti bahwa tidak semua perempuan akan mengalami mittelschmerz. Hanya perempuan-perempuan yang dinding rahimnya yang sensitiflah yang merasakan nyeri.

“Ya, ada sensitivitas dinding sel. Dan enggak semua wanita mengalaminya. Ada yang sakit dan ada yang tidak sakit, ya. Satu dari lima wanita pada masa ovulasi, masa subur, bisa seperti itu (mengalami mittelschmerz),”

Gejala-gejala mittelschmerz adalah munculnya rasa nyeri di bagian bawah. “Dari bagian pusar ke bawah,”

Rasa nyeri ini mirip dengan kram dan sering kali hampir tidak bida dibedakan. Oleh karena itulah beberapa perempuan sering mengatakan bahwa mereka mengalami kram perut.

“Gejalanya biasanya perut merasa kram, terutama di bagian bawah. Bisa di salah satu sisi, kiri atau kanan. Dan munculnya tiba-tiba,” sambungnya.

Pada beberapa kasus juga muncul gejala-gejala lain seperti pendarahan, disertai lendir, dan diikuti dengan keputihan.

“Kadang bisa disertai dengan keluarnya lendir, ada darahnya sedikit atau flek, atau juga keputihan,” 

Gejala spesifiknya adalah rasa sakit yang khas pada pertengahan siklus dalam satu siklus, namun berulang pada setiap siklus. Dan rasa nyeri ini tidak berlangsung lama.

“Jaraknya kurang lebih hari ke-14 dari pertama menstruasi. Tidak lebih dari 1 jam. Kalau lebih itu artinya kita harus curiga ada penyebab lain,”

Pasien yang mengalami mittelschmerz biasanya mendatangi dokter kandungan karena merasa tidak nyaman. Untuk menegakkan diagnosa, harus benar-benar disingkirkan diagnosa banding. Artinya, benar-benar tidak ada penyebab lain yang menyertai rasa nyeri. Ini sangat perlu dilakukan karena beberapa penyakit menunjukkan gejala yang sama dengan mittelschmerz.

“Harus hati-hati dan menyingkirkan diagnosa banding. Apa betul rasa nyeri ini adalah nyeri ovulasi biasa atau ada penyebab lain? Karena beberapa penyakit gejalanya sama. Bisa karena peradangan rongga pelvis. Atau bisa saja karena hamil di luar kandungan. Atau adanya miom atau kista atau penyakit di luar kandungan, yaitu usus buntu,”

Barulah kemudian dokter melakukan anamnesis (wawancara pasien). Dokter akan menanyakan seputar rasa nyeri untuk menegakkan diagnosa. Dan anamnesis ini sangat tergantung pada pasien. Kejujuran pasien menjawab pertanyaan dokter akan sangat menentukan diagnosa. Masalahnya, pasien seringkali lupa ketika ditanya dan menutup-nutupi apa yang dirasakan.

“Biasanya kita tanyakan apakah rutin sering mengalami hal seperti ini atau tidak. Coba dicatat siklus haidnya. Apakah di pertengahan siklus atau tidak? Kalau dipertengahan, itu yang disebut dengan mittelschmerz,”

Selain itu juga seringkali dilakukan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menentukan lokasi rasa nyeri yang muncul untuk menegaskan apakah rasa nyeri tersebut sesuai dengan gejala mittelschmerz atau tidak? Tak hanya itu, pemeriksaan penunjang juga kerap dilakukan dengan USG.

“Pemeriksaan selain dengan anamnesis, akan dilihat lokasi rasa nyeri. Di sebelah mana? Bisa disebelah kanan atau sebelah kiri. Jarang yang posisinya di tengah. Kita lakukan juga pemeriksaan penunjang. Kita pastikan tidak ada penyebab lain dengan USG,”

Mengingat mittelschmerz bukanlah penyakit, mittelschmerz tidak memerlukan penanganan khusus. Biasanya pasien dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan analgesik.

“Tapi kalau si ibu sudah merasa tidak nyaman, yang paling simpel biasanya kita kasih analgesik yang ringan seperti parasetamol. Kalau sampai dengan itu tidak membantu, kita kasih obat kontrasepsi, tapi dengan konsekuensi tidak menstruasi,”

Selain itu, rasa nyeri ini bisa juga diatasi dengan mengompres bagian yang nyeri. “Kalau rasa nyerinya di rumah, itu bisa tanpa obat. Kita tempelkan pada bagian yang sakit. Atau pada saat nyeri kita jangan melakukan aktivitas,”

www.orde-baru.blogspot.com