Minggu, 16 Januari 2011

Beranda » Hunian Sejuk Berkonsep Resort

Hunian Sejuk Berkonsep Resort

Trent kembali ke alam rupanya ikut memengaruhi konsep rumah masa kini. Konsep resor menjadi salah satu alternatif untuk hunian natural ini. Bagaimana bentuk dan aplikasinya?

Kembalinya tren gaya hidup dekat dengan alam di kota-kota besar atau kota metropolitan membuat kebutuhan masyarakat terhadap gaya rumah yang bersinggungan dengan alam kembali menggeliat. Konsep resor misalnya. Desain ini bisa dikatakan banyak dicari para penghuni rumah karena cirinya yang jauh dari keramaian dan dikunjungi hanya pada saat liburan atau pada akhir pekan.


Menurut arsitek Andry Hermawan, resor sebenarnya merupakan suatu area atau kawasan komersial untuk orang menginap yang terintergrasi dengan semua fasilitas hiburan dan rekreasi. Namun, banyak orang mengartikan rumah konsep resor adalah fasad dan arsitektur tropis. Konsep ini sering dijumpai di daerah suburban atau rural urban yang jauh dari keramaian dan dikunjungi hanya pada saat liburan.

Perlu diperhatikan, konsep resor memiliki ciri, yakni terdapat di lahan luas. Ciri utamanya adalah dari fasilitas yang ada dan fungsinya itu sendiri. Andry menyebutkan, rumah konsep resor secara umum didesain untuk tempat hide out atau escape pemilik rumah dari kesehariannya.

“Kalau fasad bangunan seperti tipikal tepi pantai, itu bukan konsep resor, tapi konsep arsitektur vernacular,”

Lantas, bagaimana merancangnya? Andry mengungkapkan, hal pertama yang perlu dipertimbangkan sebelum mendesain rumah konsep tersebut adalah topografi. Kondisi topografi sangat penting peranannya saat akan merancang rumah konsep ini. Dalam arti, lanjut dia, apakah tanahnya berkontur, bagaimana kondisi iklim di wilayah tersebut, dinginkah atau panas, tropis dan lembapkah?

“Hal-hal seperti itu, yang semestinya kita sebagai arsitek harus jeli dalam menyiasati kondisi topografi yang ada dan mengolahnya menjadi satu potensi yang memiliki value dalam segala hal,”

Hal selanjutnya yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah kondisi luas lahan. Rumah konsep resor cenderung membutuhkan lahan yang cukup luas guna menunjang fasilitas yang ada di dalamnya. Begitu pun dengan arsitektur vernakular-nya, lokasi rumah tersebut berada. Biasanya legacy atau peninggalan dari arsitektur terdahulu merefleksikan terhadap kekuatan alam.

“Berbeda ketika Anda merancang konsep resor di daerah urban seperti Jakarta. Lahan terbatas tentu menjadi isu utama membuat rumah di daerah perkotaan yang padat. Karena itu, di Jakarta mungkin lebih banyak konsep hunian resor bukan rumah resor. Misalnya, Hilton–Jakarta,”

Mengenai finishing dan interiornya, menurut Arsitek dari PT Mandiri Eka Abadi ini, hal tersebut terkait dari segi maintenance-nya. Bila rumah tersebut jarang ditempati, maka Anda harus mendesain air flow dan humidity area lokasi rumah tersebut berada dengan baik.
Begitu pun dengan pemilihan material harus sebisa mungkin low maintenance dan yang memiliki daya simpan panas yang cukup sehingga pada malam hari pelepasan kalori ketika penghuni tidak ada tercukupi untuk menjaga humidity ruang.

Sementara, untuk tatanan interiornya, secara umum interior dan furniturnya banyak mengadopsi arsitektur tropis dan didominasi kayu karena memberikan kesan hangat pada rumah. Kendati demikian, lanjut dia, bukan berarti setiap Anda membuat konsep resor selalu menggunakan material kayu karena penggunaan material pada suatu produk arsitektur itu bergantung pada ketersediaan bahan, lokasi, dan topografi, sifat material, humidity, dan temperatur atas, bawah, dan comfort zone, serta biaya.

www.orde-baru.blogspot.com