Rabu, 17 April 2013

Beranda » Penyelundupan Satwa di Maluku Utara Memprihatinkan

Penyelundupan Satwa di Maluku Utara Memprihatinkan

TEMPO.CO, Ternate -Penyelundupan dan perdagangan satwa burung di Maluku Utara semakin meprihatinkan. Dalam setahun sekurangnya 20 ribu burung berbagai jenis diselundupkan ke Filipina.

Menurut Darmin Hi Hasyim, Field Officer Burung Indonesia Maluku Utara, perdagangan satwa burung di Maluku Utara merupakan yang tertinggi di Indonesia. Bahkan beberapa jenis burung seperti kakak tua putih, dan burung bangkok kepala hitam pun sudah terancam punah dan hilang.

"Saat ini beberapa habitat burung yang merupakan endemik Halmahera sudah kurang dari seribu ekor. Padahal jika burung sudah mencapai titik tersebut sudah dikategorikan terancam punah,"kata Darmin kepada Tempo, Rabu, 17 April 2013.

Menurut Darmin, perdagangan burung di Maluku Utara sendiri sebenarnya sudah terjadi sejak 1980. Kondisi itu mencapai puncaknya pada 1999. Bahkan hingga tahun 2008, setidaknya sudah 8.677 burung paruh bengkok yang ditangkap dan diperdagangkan secara bebas. Jumlah itu terdiri dari spesies 112 ekor Cacatua alaba, 573 ekor Eclectus roratus, 1.281 ekor Eos squamata, dan 6.711 ekor Lorius garrulous.

"Saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Apalagi dari investigasi kami pada 2010 selama 11 bulan, pada 6 penangkap saja ada 796 burung paruh bengkok telah ditangkap. Padahal di Maluku Utara ada lebih dari seratus penangkap burung. Karena itu harapakan kami pemerintah bisa turun tangan melindungi satwa tersebut,"ujar Darmin.

Hal senada diungkapkan Albert, salah satu staf Badan Konservasi Sumber Daya Alam Resort Tobelo Halmahera Utara. Menurutnya, perdagangan satwa burung saat ini sudah mencapai titik tertinggi. Pelaku perdagangan satwa pun selalu bertambah setiap tahunnya. "Kami saja sulit mencegah. Apalagi tenaga dan fasilitas kami terbatas. Tapi memang perdagangan satwa burung harus kita hentikan," ujar Albert.

Dari penelusuran Tempo, perdagangan satwa burung di Maluku Utara banyak dilakukan di wilayah terpencil yang jauh dari jangkauan aparat kepolisian. Aksi penyelundupan ke luar negeri pun dilakukan dengan mengambil jalur utara Halmahera menuju Morotai dan Davao, Filipina. Modus yang digunakan mengunakan kapal nelayan tradisional. Beberapa wilayah seperti Galela, Halmahera Utara; dan Buli, Halmahera Timur kerap menjadi pusat transaksi.

BUDHY NURGIANTO

Berita lainnya:

Hakim Setyabudi Diduga Menerima Gratifikasi Seks
Bom Boston, Siapa Sosok Misterius di Atap Gedung  
Bom Boston Dikemas dalam Panci Tekanan Tinggi
Pelaku Bom Boston Marathon Diburu ke Ujung Dunia


http://www.tempointeraktif.com/hg/lingkungan/2013/04/17/brk,20130417-474052,id.html