Senin, 10 Januari 2011

Beranda » Rahasia Dibalik Kilau Berlian

Rahasia Dibalik Kilau Berlian

Berlian selama ini identik dengan kata mewah, elegan, dan abadi. Namun, sesungguhnya ada cerita lain di balik kilau berlian, mulai pencurian, intrik perebutan, hingga rumor kutukan.

Harga satu butir berlian yang terikat di sebuah cincin platina keluaran Tiffany memang bisa membuat alis berjengit. Namun, makna di balik berlian yang melambangkan cinta abadi, membuatnya sepadan dengan harga yang ditawarkan.

Berlian dapat dikatakan sudah menjadi identitas keanggunan dan kemewahan sang pemilik. Batu mulia yang gemerlap ini memang bisa menunjukkan status sosial si pemakai. Kemilau cemerlang si permata bumi membuat banyak tangan ingin memilikinya. Namun, harganya yang mencekik leher membuat beberapa orang terpaksa melepas mimpi menggenggam simbol keabadian ini.

Tidak hanya berlian, perhiasan batu mulia yang lain juga tidak kalah berharga. Banyak batu berharga lain yang diburu para pencintanya karena adanya mitos mengenai sifat-sifat batuan bernilai tinggi yang dapat meningkatkan aura dan keberuntungan sang pemilik.

Nilai sebuah perhiasan ditentukan berbagai hal. Desainer perhiasan Erna Djafar mengatakan, nilai perhiasan dapat dilihat dari warna, desain, cutting, dan kilau yang dipancarkannya. Semakin banyak cutting, maka akan semakin menentukan kecemerlangan batu.

Erna mengatakan, perhiasan bebatuan lebih banyak dibeli untuk keperluan mode dan koleksi. Ada juga yang membelinya untuk hadiah yang diberikan khusus pada saat-saat spesial.

“Sedangkan bila digunakan untuk investasi, akan sangat baik memilih berlian dengan karat besar,”

Namun, tentu saja hal itu tidak bisa didapat dengan murah. Berlian memang menampilkan pesona yang kuat sebagai perhiasan. Tak jarang batu mulia tersebut menjadi sorotan perhatian, terlebih bila digabungkan dengan logam mulia yang elegan membalutnya.

Kedua barang berharga tersebut seakan tak lekang oleh waktu. Keberadaannya menjadi abadi seiring berbagai mitos yang menyertainya. Keunikan berlian pun tidak tertandingi. Masukan sekecil apa pun akan menjadi sidik jari alam yang membedakan satu berlian dengan yang lain.

Hal tersebutlah yang menjadikan berlian lebih cemerlang daripada permata lainnya. Semakin banyak faset di dalam berlian,semakin terang berkas cahaya yang dihasilkan dan dibiaskan sebagai pelangi warna yang menyilaukan. Semakin tinggi pula nilainya.

Di balik kilaunya yang memancarkan aura mewah, beberapa berlian memiliki cerita tersendiri yang tak jarang menjadikan berlian itu menjadi incaran para kolektor. Salah satu berlian paling terkenal yang punya sejarah panjang sejak abad ke-17 adalah The Blue Hope.

Berlian biru yang kini menjadi koleksi The Smithsonian National History Museum di Washington DC, Amerika Serikat, itu memiliki cerita yang bisa ditelusuri hingga India -tempat berlian tersebut merupakan bagian dari patung Sinta. Pada tahun 1669 seorang pedagang Prancis, Jean-Baptiste Tavernier, membawa sebuah berlian biru senilai 115 karat ke Prancis yang dipercaya merupakan potongan awal The Hope.

Tavernier kemudian menjual berlian tersebut beserta perhiasan, juga harta lain kepada Raja Louis XIV untuk ditukar dengan gelar kebangsawanan. Dari Louis XIV di Prancis, The Hope terus berpindah tangan, bahkan sempat menghilang setelah revolusi Prancis, dan muncul kembali pada abad ke-19 di tangan John Francillon yang membelinya dari seorang pedagang berlian di London.

Dari tangan Francillon, berlian biru itu kembali berpindah tangan ke keluarga Hope -tempat sang berlian biru mendapatkan namanya kini. Dari keluarga Hope, cerita mengenai kutukan yang menyertai berlian tersebar dan menambah “nilai” berlian tersebut.

The Hope terus berpindah tangan, nama-nama besar layaknya Cartier, sosialita Evalyn Walsh McLean, dan Harry Winston ikut berasosiasi dengan berlian tersebut, sebelum kemudian menjadi koleksi Museum Smithsonian.

Hingga hari ini, tercatat lebih dari 100.000 pengunjung telah melihat The Hope yang terpajang di Winston Gallery di Smithsonian National History Museum sejak Winston menyumbangkannya pada 1958.

“Bahkan, Hollywood tidak bisa membuat drama sepanjang dan serumit cerita The Hope,”

Selain The Hope, berlian lain yang punya sejarah panjang sehingga menjadikannya sebagai salah satu berlian paling terkenal di dunia adalah The Great Star of Africa. Berlian berbentuk buah pir senilai 530,2 karat itu dipotong dari Cullian, berlian senilai 3.106 karat, yang diklaim sebagai berlian mentah terbesar yang pernah ditemukan.

Berlian tersebut ditambang di Transvaal, Afrika Selatan, pada 1095. Kini potongan terbesarnya menjadi bagian dari harta Kerajaan Inggris. Berlian biru lain yang namanya masuk dalam jajaran berlian paling terkenal di dunia adalah The Orloff. Namun, jika The Hope berwarna biru gelap, The Orloff yang bernilai 300 karat itu memiliki berkas warna hijau yang menjadikannya terlihat terang saat terkena sinar.

Seperti juga The Hope, The Orloff berasal dari India dan dipercaya merupakan bagian dari patung dewa di kuil di Sriangam. Jika The Hope melakukan perjalanan dari India ke Prancis, The Orloff justru dari India berlayar ke Belanda.

www.orde-baru.blogspot.com