Minggu, 02 Januari 2011

Beranda » Dapur Minimalis yang Ideal

Dapur Minimalis yang Ideal

Walau tak selalu tampil menonjol seperti ruang-ruang yang lain, dapur tetap harus ditata sesuai desain hunian. Salah penataan sedikit saja, rumah akan terlihat kurang sedap dipandang.


Dulu, dapur hanya dianggap sebagai daerah kotor dan berasap. Sebab, alat yang digunakan saat memasak memang masih berupa kayu atau bambu sehingga di rumah-rumah zaman dulu dapur dianggap bukan tempat yang istimewa. Bahkan, di wilayah Indonesia timur khususnya, sulit untuk membedakan mana dapur dan mana ruang duduk karena letaknya menyatu.

Berbeda dengan zaman sekarang. Saat ini dapur bisa dikatakan memiliki fungsi yang hampir tidak semaksimal zaman dulu. Terkait zaman yang semakin modern, masyarakat kelas atas lebih banyak memilih makan di luar ketimbang makan di rumah. Tak ayal, dapur jadi hampir jarang dipakai. Fenomena inilah yang membuat keberadaan dapur menjadi ”tanda tanya”.

Arsitek Bambang Eryudhawan mengatakan, dahulu dapur merupakan esensi sebuah tempat tinggal. Di sinilah pusat kegiatan penghuni rumah, khususnya yang terkait dengan kegiatan masak dan makan. Hanya kemudian, ketika arsitektur perumahan modern berkembang dan difokuskan pada konsep perumahan rakyat, dapur mulai dibuat dengan ukuran yang lebih minim. Perumahan seperti ini ditujukan bagi kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Rumah berukuran kecil, begitu pula dapurnya.

Berhubung dapur kecil, maka si empunya rumah tidak bisa memasak terlalu banyak panganan. Alhasil, makan di luar rumah menjadi pilihan. Namun, ketika pendapatan orang itu kecil, tidak mungkin juga untuk terus-menerus makan di luar rumah. Maka, dipilihlah alternatif untuk berbelanja dan memasak sendiri. Terkait dengan hal tersebut, rumah kecil tentu harus memiliki dapur meskipun minim. Dapur itu harus bisa difungsikan untuk aktivitas mencuci, memotong, dan memasak makanan. Ukuran lahannya tidak lebih besar dari pantry. Namun, fenomena ini lama-lama menjadi sebuah dilema.

Dilema dalam arti, dapur bisa menjadi sebuah gaya hidup atau dapur merupakan kebutuhan dari suatu tuntutan. Sebab, di samping kepraktisan, dapur juga semakin jarang digunakan. Malah mungkin dapur hanya dijadikan tempat untuk memasak air. Tak heran, gaya hidup orang jadi berubah sehingga dapur dibuat seperlunya. Beberapa cakupan fenomena di ataslah yang kemudian menjadi alasan dapur tidak harus dibuat besar. Atau dengan kata lain, ukuran dapur terbilang minimum.

Lantas, perlengkapan standar apa yang mesti digunakan untuk melengkapi dapur minimum tersebut? Bambang menyebutkan, dapur minimum tentu harus mendukung kegiatan seperti mencuci, memotong, dan memasak laukpauk. Sarana yang lazim diadakan adalah wastafel, satu paket dengan tempat memotongnya. Sementara, sisa space yang lain untuk menaruh kompor. ”Kompor yang biasa saja. Tidak perlu pikir-pikir memakai oven bila tak tiap hari digunakan,” imbuh Bambang.

Selain alat-alat standar untuk mendukung dapur, hal lain yang perlu diperhatikan mencakup tiga hal, yaitu kesehatan, keselamatan, dan keamanan. Kesehatan maksudnya adalah, penyediaan tong sampah di dapur. Sebab, tidak mungkin Anda membiarkan bahan- bahan makanan yang sudah tak terpakai tergeletak begitu saja di meja potong. Hal ini tentu akan mengundang bau tidak sedap.

Namun, tak lantas pula Anda boleh membiarkan sampah tersebut berada di tong dalam jangka waktu terlalu lama. Sebaiknya, selesai memasak, segeralah buang sampah ke area pembuangan yang lain. Hal yang tidak kalah penting, menurut Bambang, pastikan ada jendela yang bisa dibuka supaya udara segar masuk ke dalam dapur. Sebab, udara hasil dari bau sampah dan udara gas yang keluar pasti membahayakan Anda. Untuk itu, buatlah dapur yang berhubungan langsung dengan udara luar.

”Jangan sampai dapur yang Anda buat itu tertutup dan gelap. Hal ini malah bisa membahayakan Anda,”

Terkait dengan segi keselamatan, Bambang menyarankan supaya Anda memiliki alat untuk pencegahan kebakaran dini. Tidak perlu alat pemadam yang sulit, cukup sediakan ember dan pasir.

”Dapur merupakan sumber kebakaran. Karena tidak semua pemilik rumah punya alat pemadam kebakaran, maka carilah yang simpel. Anda bisa belajar dari India. Di sana setiap dapur pasti menyediakan ember yang terbuat dari seng berisi pasir. Jadi, tiap kali terjadi kebakaran, pencegahan dininya ya menggunakan pasir tersebut,”

Sementara soal keamanannya, Bambang menghubungkannya dengan lokasi. Saat ini letak dapur tidak harus selalu di belakang. Anda boleh juga meletakkannya di depan.

”Jadi, sambil memasak, Anda masih bisa mengontrol kondisi area luar. Mungkin dulu kalau dapur diletakkan di depan rumah kelihatan tidak elok. Namun, tamu juga kan jarang datang, paling hanya keluarga. Jadi, saya pikir sah-sah saja jika dapur ingin diletakkan di luar atau di depan rumah,” papar Bambang.

Begitu pun dengan lantai dapur, pastikan tidak licin dan mudah dibersihkan. Maka itu, sebelum membeli bahan lantai, tanya dulu kepada penjualnya, apakah ada lapisan antinoda atau lapisan antigoresnya? Banyak material yang dapat Anda pilih untuk dapur, seperti bahan-bahan granit atau material dari batu-batu alam.

Bicara konsep minimalis, tentu berkaitan dengan efek perluasan ruang. Salah satu komponen yang bisa memberi kesan luas itu adalah permainan warna. Bambang menyarankan, sebaiknya warna-warna yang digunakan adalah warna-warna terang seperti putih, off white, atau krem.

Pencahayaan juga penting diperhatikan. Sebaiknya pilih jenis lampu yang terang. Lebih dari itu, lampu dapur juga jangan hanya mengandalkan posisi di atas plafon. Hal itu karena tanpa disadari bayangan Anda bisa menutupi lampu sehingga kegiatan memasak menjadi terganggu. Alternatifnya, letakkan lampu pada bagian atas rak dapur yang diarahkan langsung ke bagian kegiatan memasak.

”Tapi, jangan sampai menyilaukan Anda juga saat sedang bekerja. Paling tidak ukuran lampunya di bawah alis mata, jadi tidak silau,”

www.orde-baru.blogspot.com